DENPASAR – Bali sedang bersiap membuka pariwisata internasional. Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kurleni Umar sedang menyiapkan sejumlah kebijakan untuk membuka pariwisata Bali ini.
“Pembukaan di lakukan secara bertahap. Nusa Dua, Sanur, dan Ubud sebagai pilot projectnya,” kata dia saat memaparkan materi terkait prakondisi pembukaan kembali Pariwisata Bali, di Taman Nusa, Gianyar, Bali, Rabu (7/4/2021).
Lanjutnya, pariwisata mulai buka jika terjadi risiko penularan yang rendah. Oleh karena itu, perlu adanya vaksinasi di tiga zona ini untuk tercapainya herd immunity.
Ada pula beberapa parameter yang harus dipenuhi, seperti penurunan tingkat kasus baru dan penurunan populasi tertular Covid-19. Kesiapan sistem kesehatan dan keselamatan yang memadai juga menjadi parameter di bukanya Bali. Kurleni Umar juga meminta terwujudnya sistem transportasi yang aman.
“Saya ingin ada yang bertanggung jawab terhadap transportasi, artinya memastikan sistem transportasi yang terintegrasi dengan zona aman. Intinya di sini memastikan wisatawan berkunjung ke daerah zona hijau,” ujar dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Bali Putu Astawa menekankan, biro perjalanan harus mengajak wisatawan berkunjung ke zona hijau.
“Biro perjalanan juga harus mengatur paket tur sesuai arahan gubernur,” ujar dia. Tentunya dengan integrasi berbagai elemen wisatawan yang datang sehat begitu pula saat pulang ke negaranya dengan sehat.
Melansir kompas.com, Travel Bubble dengan China, UEA, Singapura, dan Korsel Astawa menambahkan, travel bubble yang di buka nantinya yaitu wisatawan dari China, UEA, Singapura dan Korea Selatan.
Ia mengharapkan tata kelola pembangunan kepariwisataan terselenggara secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah, dan terintegrasi dalam satu kesatuan wilayah untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Bali yang lebih baik.
Menurut dia, Ubud sebagai pilot project dibukanya pariwisata juga disebabkan sejarah pariwisata Bali yang dimulai dari Ubud dan berkembang ke Sanur dan Nusa Dua.
Adapun, Wakil Bupati Gianyar Anak Agung Gde Mayun memaparkan sistem vaksinasi di Gianyar yang berbasis banjar atau desa. Hal itu karena di Bali pada khususnya banyak program yang telah berhasil dengan berbasis pada banjar.
“Di samping itu dengan memanfaatkan kelian banjar untuk mendata masyarakatnya itu sendiri ataupun pekerja yang ada di wilayah banjarnya tersebut, sekaligus memobilisasi untuk datang melaksanakan vaksin,” tutur Agung Mayun.
Gianyar menyiapkan tim vaksin terdiri dari 33 tim. Setiap tim bisa melaksanakan vaksin kepada 150-250 orang per hari. Jadi jika ada 30.000 vaksin akan terlaksana cukup dalam 5 hari. (*/cr1)