JAKARTA, SIN.CO.ID – Wartawan bernama Edy Mulyadi mengatakan tidak ada baku tembak dalam insiden bentrok yang menewaskan enam laskar Fron Pembela Islam (FPI).
Ini diungkapkan Edy dalam reportasenya di rest area tol Jakarta-Cikampek KM 50 dan diunggah di kanal YouTube ‘Bang Edy Channel’ pada Rabu (9/12).
“Jadi kalau polisi mengatakan ada baku tembak, tembak menembak, sekali lagi, si saksi mata tadi yang tidak ingin ditampilkan nama dan wajahnya, tidak ada tembak-tembakan,” kata Edy.
Atas videonya itu, Edy dipanggil polisi, Senin (15/12/2020), untuk diminta keterangannya sebagai saksi atas insiden bentrok tersebut. Dalam surat panggilan polisi, Edy tertulis memiliki pekerjaan sebagai wartawan. Dia tak datang dengan alasan menghadiri agenda lain.
Dalam video reportasenya, Edy juga mengaku telah mewawancarai dua orang saksi mata di TKP.
Dia bilang, dua sumber yang enggan disebutkan namanya itu menyatakan tak ada baku tembak di lokasi kejadian, kecuali dua bunyi tembakan yang kemudian menewaskan dua anggota laskar yang tengah mengawal Rizieq.
“Dia mengatakan bahwa yang menembak adalah polisi,” katanya.
Menurut keterangan saksi tersebut, Edy bilang, insiden itu bermula saat polisi memepet satu mobil yang ditumpangi enam anggota laskar. Sebelum mobil laskar diberhentikan, dia menyatakan, ada banyak polisi yang telah berjaga di rest area itu sejak pukul 18.00 WIB sore sebelumnya.
Edy menuturkan, ada sekitar 10 mobil polisi, dan tiga di antaranya adalah mobil resmi patroli yang berjaga. Saksi, ujar dia, bahkan melihat kejadian penembakan itu dalam jarak delapan meter.
“Nah itu kejadiannya, kalau kata dia, begitu dia tunjuk jarak, saya perkirakan dari posisi dia duduk dengan kejadian sekitar delapan meter,” ucapnya.
Menurut Edy, saksi melihat dua anggota laskar yang tewas di tempat usai ditembak. Usai dua suara letupan senjata itu, katanya, polisi juga melarang warga untuk mendekat.
Selang 30 menit, Edy menuturkan, saksi mendengar suara mobil ambulans yang datang ke lokasi kejadian. Ambulans tersebut datang untuk membawa dua jenazah anggota laskar, sementara empat laskar sisanya kemudian diangkut ke mobil polisi.
“Empat orang lagi masih hidup, satu terpincang-pincang kakinya. Itu dipindahkan dengan mobil lain,” kata dia.
Dalam videonya, Edy mengatakan bahwa keterangan polisi terkait insiden itu tidak akurat. Sebab, sejumlah warga yang dimintai keterangan sebagai saksi berbeda dengan kronologi versi polisi.
“Ini beberapa kejadian, keterangan, saya sementara ini, ingin menyimpulkan bahwa informasi dari polisi tidak akurat,” katanya.
Nama Edy diketahui sempat mencuat saat menjadi koordinator lapangan aksi unjuk rasa menolak Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila akhir Juni lalu.
Aksi demonstrasi itu belakangan berbuntut panjang usai beberapa massa membakar bendera PDIP. (cnn/alx)
Komentar