oleh

Inggris Catat 32 Kematian Pembekuan Darah Usai Divaksin AstraZeneca

London – Otoritas Inggris melaporkan bahwa ada total 168 orang mengalami kasus pembekuan darah yang langka setelah menerima suntikan vaksin virus Corona (COVID-19) buatan AstraZeneca. Dari jumlah tersebut, sedikitnya ada 32 orang meninggal dunia.

Dilansir AFP, Jumat (23/4/2021), data tersebut dilaporkan oleh regulator obat-obatan Inggris, Badan Regulator Produk Obat-obatan dan Kesehatan (MHRA), dalam pernyataan pada Kamis (22/4) waktu setempat.

MHRA menyatakan bahwa jumlah kasus pembekuan darah atau yang disebut sebagai ‘peristiwa tromboemboli’ itu tercatat hingga 14 April, saat sekitar 21,2 juta orang di Inggris telah menerima suntikan pertama vaksin Corona.

Baca Juga  Mabes TNI Berikan Apresiasi Kepada Gubernur Bali

Angka itu menunjukkan peningkatan 10 kematian dibandingkan periode hingga 5 April, dan menunjukkan adanya tambahan 68 kasus.

“Berdasarkan kajian yang sedang berlangsung, sarannya tetap bahwa manfaat vaksin lebih besar dari risikonya pada kebanyakan orang,” tegas MHRA.

Dari 168 kasus yang tercatat sejauh ini, trombosis sinus vena serebral (CVST) atau pembekuan darah di otak dilaporkan terjadi pada 77 kasus di antaranya, dengan usia rata-rata 47 tahun.

Bertindak atas saran regulator, pemerintah Inggris pada bulan ini sepakat untuk menawarkan alternatif vaksin AstraZeneca bagi orang-orang yang berusia di bawah 30 tahun, jika dimungkinkan, karena kekhawatiran pembekuan darah.

Baca Juga  Antisipasi Banjir di Kawasan Bandara YIA, Kementerian PUPR Garap Proyek Pengendalian Banjir di Muara Sungai Bogowonto

Sebanyak 91 kasus lainnya dilaporkan mengalami ‘peristiwa tromboemboli besar’ bersama dengan trombositopenia — rendahnya jumlah platetet — dengan usia rata-rata 55 tahun.

Secara keseluruhan, total ada 93 wanita dan 75 pria yang mengalami pembekuan darah usai menerima suntikan vaksin AstraZeneca.

“Saya mengharapkan jumlah kasus sebenarnya per juta dosis vaksin menjadi jelas segera setelah laporan ini stabil, namun sudah jelas bahwa ini akan tetap menjadi peristiwa yang sangat langka,” ucap profesor pediatri dari Universitas Bristol, Adam Finn.

Baca Juga  Gubernur BI Sebut Masa Kritis Pandemi Sudah Berlalu

Inggris tercatat melaporkan angka kematian tertinggi akibat Corona di kawasan Eropa. Namun sejak vaksinasi massal dimulai dengan suntikan AstraZeneca pada Desember tahun lalu, angka penularan, jumlah rawat inap dan angka kematian menurun drastis di Inggris.

Menurut data terpisah yang dirilis oleh Kantor Statistik Nasional, virus Corona tidak lagi menjadi penyebab utama kematian pada Maret. Disebutkan bahwa COVID-19 menjadi penyebab kematian ketiga di Inggris sejak bulan lalu turun dari peringkat pertama sejak Oktober.(*/cr4)

 

Sumber : news.detik.com

News Feed