Jakarta – Tanda mata resmi yang di berikan kepada atlet beserta ofisial tim pada ajang Pekan Olahraga Nasional ke-20 (PON XX) Papua 2021 menarik perhatian, yaitu noken.
PON XX Papua tengah berlangsung mulai Sabtu (2/10/2021) hingga Jumat (15/10/2021). Di ajang olahraga empat tahunan ini, ribuan atlet dari seluruh provinsi di Indonesia tengah berjuang merebut medali emas, perak, dan perunggu.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menjelaskan, noken merupakan ikon kearifan lokal Papua. Kerajinan tas tradisional ini juga telah ditetapkan oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya nonbenda pada 4 Desember 2012.
“Merchandise tersebut pun menjadi perwujudan dari kolaborasi penyelenggara PON dengan mama-mama Papua. Mereka diberikan tempat untuk menjual noken Papua,” ujarnya, dikutip Kompas.com, Senin (30/8/2021).
Menurut buku Perhiasan Tradisional Indonesia (2000) karya Muhammad Husni dan Tiarma Rita Siregar, masyarakat Papua menggunakan noken sebagai tempat menyimpan dan membawa bahan makanan.
Selain itu, noken juga digunakan sebagai gendongan bayi. Namun, jika dilihat lebih dalam, tas yang kerap dipakai dengan cara disangkutkan di dahi atau digendong seperti memakai tas ransel itu ternyata kaya akan nilai luhur.
Dihimpun dari berbagai sumber, noken merupakan simbol kedewasaan bagi perempuan Papua. Dengan kata lain, mereka yang sudah bisa membuat noken dengan baik dianggap telah dewasa dan dibolehkan untuk menikah.
Karena membuat noken merupakan keahlian yang wajib dimiliki perempuan di Papua, tak sedikit orangtua di Papua yang mengajarkan anak perempuannya menenun noken sedari kecil.
Selain itu, mengutip artikel jurnal berjudul “Fungsi, Makna, dan Eksistensi Noken sebagai Simbol Identitas Orang Papua” (2017) karya Arie Januar, bentuk noken yang mirip jaring dan transparan menjadikan tas ini sebagai lambang kejujuran masyarakat Papua, sekaligus pengingat pentingnya menghargai kepemilikan orang lain.
Berbagai sumber juga menyebutkan bahwa noken menjadi simbol perdamaian antarsuku. Hal ini dikarenakan semua suku di Papua punya kemampuan untuk membuat kerajinan tersebut.
Dengan kata lain, seluruh masyarakat Bumi Cenderawasih memiliki latar belakang serupa sehingga tak ada alasan untuk bermusuhan.
Bukan itu saja, laporan ilmiah berjudul “Makna Tenun Ikat Bagi Perempuan: Studi Etnografi di Kecamatan Mollo Utara-Timur Tengah Selatan” yang disusun Asni Salviany La’a dan Sri Suwartiningsih pada 2013 menunjukkan bahwa noken juga menjadi representasi ketelitian, kesabaran, dan estetika pembuatnya yang merupakan masyarakat Papua.
Melansir kompas.com, Arkeolog Balai Arkeologi Papua Hari Suroto, Jumat (2/4/2021), mengatakan pembuatan noken yang asli terbilang sulit dan memakan waktu panjang.
Bahan yang digunakan untuk membuat tas tersebut yaitu serat tanaman, seperti kulit kayu, melinjo, mahkota dewa, dan anggrek.
Proses mengubah serat tanaman jadi benang masih menggunakan teknik manual. Benang yang sudah jadi pun harus melalui tahap pewarnaan dengan menggunakan bahan alami.
Pada dasarnya, setiap daerah di Papua punya cara tersendiri dalam membuat noken.
Berdasarkan buku Karakteristik Tumbuhan Bahan Baku dan Pewarna Alami Noken pada Masyarakat suku Damal (2020) karangan Ishak Ryan, perajin noken yang tinggal di sekitar Raja Ampat membuat noken dari tumbuhan pesisir. Sementara, noken dari daerah Wamena terbuat dari serta kayu dan anggrek.
Begitu pula dengan bentuk. Noken dari wilayah pegunungan, misalnya, terlihat seperti kantung dan memiliki tekstur lentur mirip kain. Sementara, noken dari pesisir berpotongan kotak dan terasa kaku.
Secara ukuran, noken besar biasanya digunakan masyarakat Papua untuk menyimpan hasil kebun, kayu bakar, dan menggendong bayi. Sementara, noken berukuran kecil umumnya dipakai sebagai penyimpanan pinang, sirih, dan keperluan pribadi lain.
Sebagai warisan budaya, masyarakat Indonesia sudah seyogianya menjaga kelestarian noken. Beragam cara dapat dilakukan untuk hal ini, seperti membeli dan menggunakannya sebagai penunjang fesyen harian.
Bagi kamu yang hendak memiliki noken, kerajinan khas Papua ini dapat dibeli secara daring melalui platform #BeliKreatifLokal milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) lewat tautan ini.
Namun, saat situasi pandemi Covid-19 telah kondusif dan kamu punya kesempatan untuk berlibur, cobalah jadikan Papua sebagai destinasi utama. Pasalnya, provinsi yang berada di ujung timur Indonesia ini diberkahi alam yang begitu menawan dan kearifan budaya lokal yang masih terjaga. (*/cr1)