oleh

Satkaara Gelar Pelatihan “Trauma Healing” Bagi Tenaga Pendidik

Data Kemendikbud 2017, mencatat 250.000 berada di wilayah risiko tinggi multi bencana, baik gempa bumi, tsunami atau bencana alam lain.

Ketika bencana melanda, bukan hanya bangunan sekolah roboh, kegiatan berkaitan pendidikan pun praktis terhenti.

Dampak bencana tidak kalah penting dan seringkali luput dari perhatian adalah gangguan kejiwaan (psikologis) pada anak atau biasa disebut trauma.

Berbeda dengan biaya kerusakan secara sosial atau ekonomi yang dapat dihitung, dampak psikologis anak pascabencana tidak dapat diprediksi waktu, durasi serta intensitasnya.

Terpanggil menjawab tantangan tersebut, Cetta Satkaara bersama Rumah Guru BK (RGBK) mencetuskan program edukasi pemulihan/peyembuhan trauma pascabencana.

“Sebagian orang berfokus hanya pada luka fisik dan menekankan pentingnya kehadiran bantuan medis saat bencana terjadi. Belum banyak yang memahami bahwa ada luka emosional, terutama pada anak yang sama sakitnya dan butuh perhatian lebih untuk ditangani,” ungkap Ruth Andriani, Co Founder dan Senior Advisor PT Cetta Satkaara.

Melalui rilis resmi (25/4/2021), Ruth menjelaskan, inisiatif ini diwujudkan dalam webinar “Pelatihan Psikososial dan Trauma Healing Bagi Tenaga Pendidik” yang berlangsung pada Sabtu, 10 April 2021 secara virtual melalui platform zoom.

Baca Juga  Begini Penjelasan Penting Adanya Satgas Covid-19 di Sekolah

Webinar ini diikuti 200 guru terpilih setingkat SD, SMP dan SMA Sederajat di seluruh Indonesia dan menghadirkan pembicara Christina Dumaria Sirumapea (Psikolog Klinis Dewasa dan Associate Assessor di Tiga Generasi) serta Ana Susanti (Founder RGBK dan Widyaiswara Kemendikbud).

Empat Landasan Pendampingan

Salah satu pokok bahasan penting yang disampaikan Christina dalam paparannya adalah mengenai Psychological First Aid (PFA) bagi korban bencana.

Perempuan yang akrab disapa Ina ini menjelaskan bahwa PFA dibagi menjadi empat landasan yakni prepare, look, listen dan link.

“PFA itu dukungan praktis layaknya kotak obat darurat yang bisa digunakan orang awam untuk membantu sementara dalam penanganan korban pasca bencana agar lebih tenang dan aman. Namun untuk tahap lanjutannya tetap harus ditangani oleh profesional yaitu psikolog atau dokter,” ujar Ina.

Adapun empat landasan PFA meliputi; Prepare yakni pengamatan situasi kemanan, gejala serta bantuan yang dibutuhkan korban.

Baca Juga  Tingkatkan Mutu Kehumasan dan Kerja Sama yang di Lakukan SEAMEO Centres Indonesia

Look adalah pendekatan sebagai pendengar aktif untuk membantu korban menenangkan diri. Listen diterapkan dengan memberikan akses layanan kesehatan, sementara Link dengn menghubungkan korban ke tenaga profesional sesuai kebutuhannya.

Ina menambahkan, “yang perlu digarisbawahi adalah jangan bertanya terlalu detail mengenai trauma yang dialami karena justru akan men-triger ingatan korban akan pengalaman bencana.”

Founder RGBK, Marjuki, memberi apresiasi positif pada para guru yang mengikuti kegiatan. “Para guru telah berada di majelis yang tepat.

Melalui keterlibatan di webinar ini, para guru dapat memperoleh banyak manfaat tentang trauma healing bagi para anak didik di wilayah bencana dari para narasumer yang kompeten,” ungkap Marjuki.

Semoga kegiatan ini dapat dilakukan secara berkala agar transfer knowledge mengenai trauma healing bisa lebih luas lagi,” pungkasnya.

Sembilan Tahun Berbagi

Selain webinar guru, Satkaara juga mengimplementasikan kepedulian terhadap dunia pendidikan melalui “Program Donasi: Berbagi Buku, Berbagi Masa Depan”.

Dalam program ini, Satkaara menggandeng Kargo Baca sebagai penerima donasi yang akan mendisribusikan ke beberapa taman baca di Jabodetabek.

Baca Juga  Tertarik Lanjut S1/S2 di Belanda? Yuk Ikuti Segera Program Beasiswa dan Bisa Dapat Rp 85 Juta

Penggalangan buku donasi ini turut melibatkan para rekan media sebagai mitra utama dari Satkaara. Terkumpul 404 buku donasi bacaan anak usia 5-13 tahun.

Penyerahan donasi buku dilakukan di Kampung Buku, Jakarta, bertepatan dengan Hari Buku Internasional (23/4/2021).

Agenda penyerahan donasi buku ini juga menjadi penutup dari rangkaian acara “Satkaara Berbagi: Nine Years Of Sharing“.

Di penyelenggaraannya ke-9 bertema “Nine Years Of Sharing“, Satkaara Berbagi mengkolaborasikan tiga kegiatan yaitu webinar “Pelatihan Psikososial dan Trauma Healing Bagi Tenaga Pendidik”, webinar “Public Speaking Itu Mudah!” dan Program Donasi-Berbagi Buku, Berbagi Masa Depan demi pendidikan Indonesia yang lebih baik.

“Kami berterima kasih kepada rekan media, RGBK, Tiga Generasi, ISYF dan Kargo Baca untuk terlaksananya program Satkaara Berbagi-Nine Years Of Sharing. Semoga kegiatan ini dapat memberi sumbangsih yang bermanfaat bagi dunia pendidikan di Indonesia,” ujar Ruth. (*/cr2)

News Feed