oleh

Ajari Anak Mengasah Kreavitas dan Berimajinasi Dengan Menggambar

Sejak anak mulai belajar di PAUD, biasanya sudah di beri kesempatan untuk menggambar bebas. Dengan membiarkan anak menggambar bebas, hal ini bisa mengasah kreativitas dan membiarkan anak berimajinasi kemudian di tuangkan dalam bentuk gambar di atas kertas.

Dalam acara Sapa Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Direktur Jenderal GTK Kemendikbud Iwan Syahril sempat membagikan buku yang sedang di bacanya. Yakni, gubahan Mohammad Sjafei.

Bebaskan anak saat menggambar Terdapat dua buku yakni berjudul ‘Pendidikan MOHD. SJAFEI INS KAYUTANAM’ dan ‘Arah Aktif: Sebuah Seni Mendidik Berkreativitas dan Berakhlak Mulia’.

Berikut kami kutipkan pemikiran Engku Sjafei dari buku ‘Arah Aktif: Sebuah Seni Mendidik Berkreativitas dan Berakhlak Mulia: Tujuan utama dari pelajaran menggambar adalah keaktifan. Baik dalam mencipta (kreatif) maupun dalam merasa (emosi).

Baca Juga  Yuk Ajari Siswa Kenali 6P dalam Peredaran Hoaks di Internet

Dengan jalan menyalin gambar orang si anak di ajak ke arah reproduktif (mengulang) tidak ke arah produktif (mengadakan).

“Mohammad Sjafei atau Engku Sjafei ini sangat senang sekali menggunakan kata aktif kreatif. Jadi ini salah satu pokok pikiran dari Engku Sjafei. Beliau berkata dari beberapa buku tersebut, Bangsa Indonesia harus di aktifkan,” kata Iwan, Minggu (18/4/2021).

Dalam bukunya, Engku Sjafei yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K) ini memberikan analogi, jika murid di suruh meniru gambar dari papan tulis, dinding dan buku, berarti murid itu sedang di pasifkan oleh guru.

Pelajaran menggambar di berikan secara merdeka dan bebas

Iwan menjelaskan, saat siswa meniru atau seperti menghafal definisi saja.

Baca Juga  Mendikbud Berbincang Bersama Megawati Tentang Isu Reshuffle yang Ramai Diperbincangkan

Menggunakan analogi menggambar, kalau hanya di suruh meniru gambar murid itu di pasifkan. Sedangkan hasil yang di peroleh hanya ketajaman mata dan kesigapan tangan. Tapi jiwa anak-anak itu menjadi pasif.

“Dan murid sangat di rugikan, untungnya hanya mata dan tangan yang di peroleh tapi tidak seimbang dengan kerusakan jiwanya. Alangkah baiknya cara memberikan pelajaran menggambar secara merdeka dan bebas. Cara ini menumbuhkan keaktifan jiwa anak-anak yang luar biasa,” tegas Iwan.

Untuk mencapai jiwa produktif cara pemberian pelajaran menggambar harus di ubah. Anak harus di beri banyak kemerdekaan.

Jangan di ikat erat-erat, sehingga inisiatif (angan-angan) anak tidak bisa berkembang.

Jangan biarkan anak jadi pasif

Baca Juga  Poltekim Masuk 10 Besar Sekolah Dinas Favorit, Yuk Daftarkan Segera

Sedangkan kewajiban guru adalah memimpin dalam kemerdekaan itu, tidak menetapkan.

Anak yang menetapkannya sendiri apa yang akan ia kerjakan. Inilah garis besarnya. Anak-anak pada dasarnya suka menggambar, tidak di gantungkan atas bakat.

Bagi mereka menggambar adalah suatu alat untuk mengeluarkan perasaan, sama seperti bahasa.

Perhatikanlah gambar anak-anak. Penuh ceritera di dalamnya.

Tentang bentuk tidak di hiraukan, yang penting isi nomor satu.

“Webinar bersama mahasiswa Indonesia di Swedia, sempat cerita. Coba bayangkan sejak TK, ketika di suruh gambar pemandangan, seluruh Indonesia sama bayangannya. Ada dua gunung, jalan, dan sawah. Semua orang Indonesia bisa berasosiasi dengan pengalaman tersebut. Dari hal ini sangat tidak di aktifkan dalam bahasa Mohammad Sjafei,” tutupnya. (*/cr2)

News Feed