oleh

Beli Peternakan di Belgia Mending Papua

Jakarta – Menteri BUMN Erick Thohir membeli peternakan sapi di Belgia menjadi sorotan masyarakat Indonesia. Beberapa pihak tidak setuju dengan rencana tersebut karena mempertimbangkan nasib peternak Indonesia.

Menurut Pengamat Peternakan Sapi Rochadi Tawaf, Indonesia masih punya banyak lahan kosong yang bisa dikembangkan menjadi peternakan sapi. Salah satunya pulau-pulau kosong di Papua.

“Lahan-lahan luas di luar Pulau Jawa, integrasi sapi-sawit, lahan eks tambang, pulau-pulau kosong di Papua, dan masih banyak juga di perbatasan-perbatasan. Yang penting sekarang niat Pemerintah ini harus ditunjukkan, tidak setengah hati,” tegas Rochadi ketika dihubungi detikcom, Selasa (20/4/2021).

Rochadi mengatakan, untuk program integrasi sapi-sawit harus dijalankan dengan lebih serius agar pengusaha sawit tertib melaksanakannya. Caranya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) yang diperuntukkan kepada pengusaha sawit.

“Misalnya melalui Keppres, SK Presiden. Bukan SK Menteri, misalnya sapi-sawit itu kan SK Menteri, itu kan nggak jalan. Itu bisa dilakukan,” tutur Rochadi.

Baca Juga  Kepala Ruangan Isolasi RSUD Sayang Cianjur Tutup Usia

Dihubungi terpisah, Dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Denny Widaya Lukman mengatakan, pemerintah perlu menjaga keberadaan lahan-lahan peternakan sapi, baik di pusat maupun daerah.

“Ternyata perumahan jauh lebih penting daripada peternakan. Begitu juga lahan pertanian kan semakin berkurang. Seperti di Cianjur tadinya sawah membentang, sekarang isinya perumahan,” kata Denny.

Pemerintah pusat maupun daerah harus menjaga ketersediaan lahan peternakan mengingat pentingnya peternakan untuk menjaga pasokan daging sapi dalam negeri.

“Komitmen utama semua lini di atas, nggak bisa hanya Kementan, Kemendag, susah. Karena itu juga terkait Pemda, dan karena otonomi mereka tidak tunduk dengan pusat,” urainya.

Baca Juga  Kapolri Berikan Bintang Bhayangkara Utama kepada Menpan RB dan Menteri ATR/BPN

Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro mengatakan, Indonesia punya potensi untuk menekan impor daging sapi dengan memberikan bantuan kepada peternakan anak sapi.

Populasi anak sapi masih belum banyak karena untuk mengembangkannya dibutuhkan biaya besar, sementara harga jual tak seberapa. Nanang mengatakan, dibutuhkan biaya Rp 6 juta untuk memelihara satu ekor anak sapi. Sementara, harga jualnya tak jauh dari biaya tersebut.

“Usaha pembibitan (ternak) di Indonesia itu kurang menarik karena harga jual dengan biaya produksi imbang-imbang saja,” tutur dia.

Ia menilai ketimbang mengeluarkan dana untuk membeli peternakan di Belgia, lebih baik uangnya digunakan untuk memberi subsidi pada setiap ekor anak sapi, peternak akan mau mempertahankan usaha ternaknya.

Baca Juga  Di Masjid, Erick Thohir Dengar Pengaduan Ratusan Petani Sawit Pangkalan Baru Siak Hulu

“Kalau dana yang digunakan untuk membeli lahan peternakan di Belgia bisa digunakan untuk mensubsidi setiap anak sapi yang lahir, misalnya setiap anak sapi diberi subsidi sekitar Rp 1,5 juta per ekor, dengan validasi data dilakukan oleh yang berwenang, apakah itu kepala dinas peternakan tingkat kecamatan, kelurahan, dan lain-lain, sehingga akan menggairahkan industri peternakan rakyat,” ujarnya.

“Kalau betina tersebut melahirkan anak sapi, dan anak sapi itu juga mendapatkan insentif dari pemerintah, maka peternak paling tidak ingin mempertahankan indukan itu, tidak tergoda utk memotong walaupun ada tawaran harga yang lebih menarik. Sehingga target untuk mencapai swasembada nantinya itu akan lebih mudah tercapai,” tandas Nanang. (*/cr9)

Sumber: finance.detik.com

News Feed