oleh

Amnesty Internasional Desak Polri

SIN – Amnesty International Indonesia mendesak Kepolisian Republik Indonesia untuk mengusut tuntas kasus penembakan pendeta senior Yeremia Zanambani yang diduga melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan berdasarkan informasi dari pemimpin gereja di Papua, Yeremia ditembak oleh aparat TNI. ”Penembakan ini lagi-lagi menunjukkan kegagalan negara untuk menghadirkan perdamaian di Papua. Kapan orang Papua bisa bebas untuk hidup tenang,” ujar Usman, dalam siaran pers, Kamis (24/9).

Usman menuturkan bahwa pendeta Yeremia (68) ditembak dan ditusuk hingga meninggal pada Sabtu 19 September, di kandang babi miliknya di Kampung Bomba, Distrik Hitadipta, Kabupaten Intan Jaya. Sang istri baru menemukan mayat Yeremia pada Minggu pagi.

Berbeda dengan versi gereja, Kepolisian Daerah Papua mengatakan bahwa pelaku penembakan itu adalah kelompok sipil bersenjata yang ingin memancing perhatian global menjelang sidang umum PBB akhir bulan ini.

Jika hasil investigasi polisi menyimpulkan pelakunya adalah aparat TNI, ujar Usman, maka lembaga itu harus menjelaskan mengapa menuduh pihak lain. ”Negara harus menghentikan pembunuhan di luar hukum yang sewenang-wenang di Papua,” kata Usman.

Baca Juga  Polri Bersama BEM Jakarta Bagikan Sembako Kepada Mahasiswa Perantauan di Jakpus

Aktivis HAM Papua Younes Douw mengatakan bahwa pendeta Yeremia hanyalah seorang pelayan gereja yang mengabdi di desa kecil itu dan tak terkait dengan kelompok bersenjata.”Pendeta Yeremia bukan orang jahat, dia juga tidak terlibat dalam Gerakan Papua Merdeka,” tegas Younes.

Pembelaan Younes seturut dengan dugaan masyarakat bahwa penembakan itu bagian dari upaya TNI mencari pembunuh Pratu Dwi Akbar dari Yonif 711/RKS/Brigif 22/OTA.

Baca Juga  KPU Gelar Rakor Terkait Data Pemilih

Pratu yang ditugaskan ke Intan Jaya untuk persiapan pembentukan Koramil tewas di tangan kelompok bersenjata. Catatan Amnesty International Indonesia, setidaknya lima pembunuhan terjadi dalam tiga bulan terakhir, yang merenggut delapan orang korban.

”Amnesty International Indonesia juga mencatat ada 15 kasus pembunuhan sepanjang 2020 di Papua, dengan 22 orang korban. Sebagian besar kasus itu melibatkan polisi dan militer,” imbuh Usman.

 

Sumber: Siberindo.com

Komentar

News Feed