Jakarta – Harga daging ayam di wilayah Kabupaten Klaten merangkak naik di awal bulan Puasa. Harga daging ayam menyentuh angka Rp 42.000 per kilogram di warung dan eceran.
“Saya jual Rp 40.000 per kilogram tapi tadi di warung sudah sampai Rp 42.000 per kilogram. Padahal pasar juga sepi,” ungkap pedagang sayur keliling warga Kecamatan Karanganom, Yuda pada detikcom, Selasa (13/4/2021) siang.
Dikatakan Yuda kenaikan harga itu sudah terjadi sejak beberapa hari sebelum Ramadan. Bahkan sebelum tradisi nyadran.
“Naiknya sudah beberapa hari, bahkan sebelum Sadranan tapi sampai sekarang tidak turun. Ini pedagang lain juga sepi tidak banyak yang datang, bahkan pedagang tahu juga libur,” lanjut Yuda.
Arif, pedagang daging ayam di Pasar Lapangan Merdeka Kecamatan Delanggu mengatakan harga di pasar Rp 40.000 per kilogram. Naiknya harga itu menyulitkan pedagang.
“Kita kesulitan mengontrol harga kalau begini terus. Ayam dari kulakan harganya sudah Rp 26.000 per kilogram,” ungkap Arif pada detikcom di lokasi.
Kenaikan harga tersebut, imbuh Arif, sudah sering terjadi saat menjelang Ramadan. Bisa jadi karena ada permainan harga.
“Bisa jadi ini paling permainan harga entah oleh siapa. Hampir setiap tahun naik saat menjelang puasa,”lanjut Arif.
Menurut Anis, pedagang daging di pasar Klepu, Kecamatan Ceper, harga daging ayam di Pasar Klepu masih biasa. Harga per kilogram masih Rp 36.000 per kilogram.
“Di sini masih Rp 35.000 – Rp 36.000 per kilogram. Tapi Ndak tahu kalau di eceran dijual berapa, yang jelas tidak sampai Rp 40.000,” ucap Anis pada detikcom.
Kasi Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan dan Koperasi Pemkab Klaten, Dewi Rismaningsih mengatakan memang beberapa hari terakhir ada kenaikan harga. Tapi sifatnya fluktuatif tidak sama.
“Memang ada kenaikan tapi fluktuatif dan satu pasar dengan pasar lainya berbeda. Ada yang Rp 35.000, Rp 38.000 dan ada Rp 40.000 per kilogram,” ucap Dewi pada detikcom saat dikonfirmasi.
Menurut Dewi, Dinas terus melakukan pengawasan di pasar. Pengawasan dilakukan melalui lurah pasar setempat.
“Pengawasan kita lakukan melekat melalui para lurah pasar. Jadi setiap saat bisa terpantau di lapangan,” pungkas Dewi. (*/cr9)
Sumber : finance.detik.com