oleh

Ikhlas Di Zaman Hedonisme

Tauhid Sebagai Benteng Terakhir Manusia Moderen

Benz Jono Hartono
Praktisi Media Massa
dan Vice Director Confederation ASEAN Journalist (CAJ) PWI Pusat

Membangun Masyarakat Berbasis Keikhlasan
Sebuah masyarakat yang kehilangan keikhlasan akan mudah retak. Lembaga sosial menjadi korup karena jabatan dicari bukan untuk melayani, tapi untuk menguasai. Pendidikan kehilangan makna karena ilmu dijual demi sertifikat. Politik menjadi kotor karena kekuasaan dijalankan tanpa niat tulus untuk menyejahterakan rakyat.

Maka, membangun bangsa yang bermartabat harus dimulai dari membangun keikhlasan kolektif. Tauhid harus menjadi dasar nilai publik, bukan sekadar slogan di masjid. Pemerintah, ulama, akademisi, dan rakyat harus menanamkan kesadaran bahwa keberhasilan sejati bukan diukur dari angka pertumbuhan ekonomi, tetapi dari pertumbuhan moral dan kejujuran.

Baca Juga  Semua Program Prabowo Bisa Terwujud Jika Sumber Daya Alam Dikelola Negara

Jika setiap profesi dijalankan dengan niat lillahi ta‘ala, maka dunia akan berubah tanpa perlu revolusi politik. Guru yang ikhlas melahirkan generasi berakhlak. Pemimpin yang ikhlas menegakkan keadilan tanpa pamrih. Wartawan yang ikhlas menulis kebenaran tanpa takut tekanan. Itulah masyarakat bertauhid — yang hidupnya diatur oleh kesadaran bahwa semua amal harus kembali kepada Allah.

Baca Juga  BPK Sedang Membuka Lowongan 1.320 Pekerjaan

Kembali ke Hati yang Tenang
Di zaman hedonisme, keikhlasan adalah oasis di tengah padang gersang keserakahan. Ia menyembuhkan luka batin manusia yang terlalu lama diperbudak oleh keinginan. Ikhlas mengembalikan manusia kepada jati dirinya: makhluk yang lemah namun dimuliakan oleh niatnya.

Hidup yang berlandaskan ikhlas bukan hidup yang mudah, tetapi itulah satu-satunya jalan menuju kebahagiaan sejati. Sebab ketika hati terbebas dari pamrih, manusia akan menemukan makna paling luhur dari hidup — yakni menjadi hamba Tuhan yang sesungguhnya,
“Barang siapa mengikhlaskan amalnya karena Allah, maka Allah akan mencukupkan baginya segala urusannya.” (HR. Ahmad)

Baca Juga  Sandiaga Uno Resmikan Animation & Film Factory Terbesar di Indonesia

Maka marilah kita kembali menjadikan ikhlas sebagai nafas hidup, dan tauhid sebagai jantung peradaban. Di tengah dunia yang berisik oleh pencitraan, semoga masih ada jiwa-jiwa tenang yang berbisik pelan,
“Aku berbuat bukan karena dunia, tapi karena Dia (Allah SWT) .”

Benz Jono Hartono
Praktisi Media Massa
dan Vice Director Confederation ASEAN Journalist (CAJ) PWI Pusat di Jakarta

News Feed