oleh

PELITA BUWANA, Dorong Ketahanan Pangan dan Pertanian Berkelanjutan

Kutai Kartanegara – PT Pertamina EP (PEP) Sangatta Field menghadirkan inovasi sosial bertajuk PELITA BUWANA (Pengelolaan Limbah Terintegrasi untuk Budidaya Pertanian Regeneratif dan Wujudkan Ketahanan Pangan) sebagai upaya mendukung ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan di sekitar wilayah operasinya di Kecamatan Semberah, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Program ini merupakan bagian dari inisiatif Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan melalui program ECO-STEP Semberah, yang dirancang untuk menjawab berbagai tantangan lingkungan dan sosial, mulai dari degradasi lahan pertanian, ketergantungan pupuk kimia, tingginya biaya produksi, hingga risiko kebakaran hutan dan banjir.

PELITA BUWANA terbukti memberikan dampak ekonomi signifikan. Program ini mampu menghemat biaya pembelian pupuk hingga Rp37,5 juta per tahun, penghematan pestisida sebesar Rp18 juta per tahun, serta penghematan media tanam hidroponik sebesar Rp1,5 juta per tahun.

Head of Communication Relations & CID Zona 9 PT Pertamina EP, Dharma Saputra, menegaskan bahwa PELITA BUWANA merupakan wujud inovasi sosial yang mengedepankan kolaborasi dan nilai manfaat bersama.
“Melalui PELITA BUWANA dalam program ECO-STEP, kami berupaya menciptakan creating shared value yang memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan secara terintegrasi bagi masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga  Dudung Abdurachman : Teknologi Dalam Industri Pertahanan Sebuah Keniscayaan

Inovasi ini dikembangkan sebagai respons atas menurunnya kualitas tanah akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan. Selain itu, PELITA BUWANA juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional sebagaimana amanat Asta Cita, melalui pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

PELITA BUWANA mengusung sistem ekonomi sirkular yang menghubungkan sejumlah subunit program masyarakat. Implementasinya melibatkan Kelompok Tani Wira Karya yang mengembangkan pertanian semiorganik, hidroponik, dan depot energi; Kelompok Ternak Idaman dengan usaha peternakan ayam pedaging; serta Kelompok Wanita Tani Berseri yang fokus pada budidaya jamur tiram.

Dalam skema sirkular tersebut, limbah baglog jamur dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak ayam. Sementara itu, depot energi berbasis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berperan mengolah limbah sawit dan kayu menjadi media tanam jamur dan hidroponik, sekaligus memasok energi untuk sistem pengairan, pompa hidroponik, serta produksi pestisida nabati berbahan asap cair. Limbah dari peternakan ayam kemudian diolah kembali menjadi pupuk organik cair untuk pertanian semiorganik, membentuk ekosistem pertanian regeneratif yang berkelanjutan.

Baca Juga  Sumsel Alami Fenomena Hari Tanpa Bayangan

Program ini juga dirancang inklusif dengan melibatkan kelompok rentan. Sebanyak 12 rumah tangga fakir miskin terlibat langsung dalam kegiatan pertanian, empat lansia berperan dalam pengelolaan sektor hulu hingga hilir, serta 13 perempuan rawan sosial ekonomi aktif dalam pertanian hortikultura dan budidaya jamur tiram. Selain itu, 160 kepala keluarga di wilayah rawan bencana merasakan manfaat berupa penurunan potensi kebakaran hutan dan lahan. Secara total, program ini menjangkau 30 penerima manfaat langsung dan 620 penerima manfaat tidak langsung.

Dari sisi penguatan kapasitas, kelompok masyarakat kini telah memiliki legalitas usaha berupa Nomor Induk Berusaha (NIB), PIRT, sertifikat halal, dan sertifikat PATEN. Masyarakat juga memiliki kemampuan mengolah limbah pertanian, peternakan, dan limbah sawit menjadi pupuk organik dan pestisida nabati. Kelompok ini berkembang menjadi pusat pembelajaran atau learning center pertanian, sekaligus tetap melestarikan tradisi lokal seperti Mapulus dan Tasyukuran Tanam Panen.

Keberlanjutan program diperkuat melalui regenerasi kepemimpinan lokal yang dipimpin oleh Choirul Munasikin (Pak Ahmad), petani hortikultura berpengalaman lebih dari 20 tahun, sebagai Ketua Kelompok ECO-STEP. Kolaborasi aktif antara perusahaan dan masyarakat, termasuk peran perempuan seperti Mardiyah dan anggota lainnya, menjadi kunci keberhasilan inovasi ini.

Baca Juga  MoU Kerja Sama Kedutaan Iran- SMSI Ditandangani

Berdasarkan kompas keberlanjutan (sustainability compass), PELITA BUWANA mampu menurunkan biaya kebutuhan pertanian hingga Rp57 juta per tahun, meningkatkan pendapatan anggota rata-rata Rp250 ribu per orang per bulan, membuka lapangan kerja baru di sektor pertanian dan peternakan, serta membentuk pusat berbagi pengetahuan bagi masyarakat Desa Tanah Datar. Dari aspek lingkungan, program ini mengolah sekitar 31 ton limbah organik dan 120 kilogram limbah anorganik per tahun. Sementara dari sisi kesejahteraan, 43,3 persen penerima manfaat langsung merupakan perempuan.

PT Pertamina EP (PEP) Sangatta Field merupakan bagian dari Zona 9 Subholding Upstream Regional 3 Kalimantan yang berada di bawah PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI). Bersama SKK Migas, PEP Sangatta Field terus menjalankan program TJSL yang inovatif di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan, infrastruktur, dan tanggap bencana, guna mendukung pemberdayaan masyarakat berkelanjutan serta pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). (esf)

News Feed