oleh

COSMIC VIOLET STRATEGY: Purpose-Meaning Fit & Value-Ecosystem Fit.

Oleh: Moh. Ikhsan Kurnia, MBA.

Dalam dunia bisnis yang terus bergerak, kita sering terjebak pada logika yang sama: kompetisi adalah panggung utama, pasar adalah arena, dan produk adalah senjata. Pola ini diwariskan oleh tradisi manajerial yang percaya bahwa keberhasilan bergantung pada seberapa tepat sebuah solusi menjawab sebuah masalah—problem–solution fit—dan seberapa laris produk diterima oleh pasar—product–market fit. Dua kerangka ini telah lama menjadi litani para pebisnis, seolah-olah perjalanan menciptakan nilai hanya dimulai dari persoalan konsumen dan berakhir pada angka penjualan.

Namun lambat laun, logika ini mulai melelahkan. Dunia yang diwarnai oleh kompetisi tak ubahnya ruang penuh gravitasi: segala sesuatu tertarik pada pusat yang sama, saling menumbuk, saling menjatuhkan, saling berebut posisi. Pada titik itulah gagasan tentang Cosmic Violet Strategy muncul—sebuah upaya keluar dari orbit persaingan yang sesak dan memasuki ruang yang lebih hening, lebih luas, dan lebih bermakna: ruang signifikansi.

Cosmic Violet Strategy bukan sekadar strategi diferensiasi atau upaya melarikan diri ke “niche market”. Ia adalah lompatan epistemik. Ia mengajukan satu keyakinan sederhana namun radikal: bahwa entitas apa pun—produk, organisasi, bahkan manusia—tidak perlu memenangkan kompetisi jika ia mampu menjadi sesuatu yang signifikan. Dalam dunia signifikansi, nilai bukan lagi ditentukan oleh seberapa baik kita mengatasi rasa sakit pengguna atau seberapa cepat produk kita diserap pasar. Nilai ditentukan oleh seberapa dalam kita terhubung dengan makna, dan seberapa luas kita memperkuat ekosistem di mana kita berada.

Baca Juga  Semarak HUT ke-36, Asahimas Chemical Gelar Open Turnamen Bola Voli

Pada wilayah kompetisi, logika bekerja secara instrumental. Sesuatu dianggap bernilai jika ia menyelesaikan masalah. Dalam kerangka ini, manusia ditempatkan sebagai pemburu efisiensi; organisasi diposisikan sebagai mesin solusi; dan pasar dilihat sebagai wadah kebutuhan yang menunggu untuk diisi. Itulah dasar dari problem–solution fit: selama ada problem, selalu ada solusi yang dapat dijual.

Demikian pula dengan product–market fit: selama suatu produk menemukan pasar yang tepat, produk itu akan hidup. Maka fokusnya menjadi sempit: bagaimana menemukan celah kompetitif, bagaimana menambah fitur, bagaimana mempercepat akuisisi pelanggan, bagaimana menekan pesaing sebelum pesaing menekan kita.

Kerangka seperti ini memang berguna di medan kompetisi. Namun ia mulai kehilangan tenaga ketika dunia bergerak ke arah saturasi—ketika semua orang mampu membuat hal yang kurang lebih sama, dengan kualitas yang kurang lebih sebanding, dan teknologi yang kurang lebih serupa. Pada titik saturasi inilah kompetisi kehilangan relevansinya, sebab perbedaan menjadi tipis dan keunggulan menjadi rapuh. Produk bisa berada di puncak minggu ini dan ditenggelamkan oleh tiruan minggu berikutnya.

Baca Juga  Muzani: Orang Banten Ingin Prabowo Presiden karena Suka dengan Ketegasannya

Cosmic Violet Strategy membaca fenomena itu bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai tanda bahwa logika lama harus diganti. Bahwa kita perlu bergerak dari instrumentality ke essentiality.

Logika signifikansi yang ditawarkan Cosmic Violet bertumpu pada dua pilar baru: purpose–meaning fit dan value–ecosystem fit.

Pertama, purpose–meaning fit menggantikan problem–solution fit. Jika logika lama berangkat dari pertanyaan “masalah apa yang bisa saya selesaikan?”, maka logika baru berangkat dari pertanyaan yang lebih mendasar: “mengapa saya ada, dan makna apa yang ingin saya bawa ke dunia?” Ini bukan romantisasi visi. Ini penataan ulang fondasi. Ketika sebuah entitas berangkat dari purpose yang jelas dan jujur, ia tidak lagi bertumpu pada persaingan fitur, tetapi pada resonansi makna. Ia tidak mencoba masuk ke kehidupan pengguna; pengguna datang karena merasa hidupnya diperluas oleh nilai yang dibawanya.

Kedua, value–ecosystem fit menggantikan product–market fit. Pasar adalah ruang transaksi. Ekosistem adalah ruang interaksi. Pasar hanya peduli barang berpindah tangan. Ekosistem peduli relasi, kontribusi, dan keberlanjutan. Dalam logika ini, pertanyaannya bukan lagi “apakah produk saya cocok dengan pasar?”, melainkan “apakah nilai yang saya bawa menguatkan ekosistem yang saya masuki?” Ketika sebuah entitas fit dengan ekosistem, ia tidak sekadar dibeli; ia dirawat, dijaga, bahkan dipertahankan keberadaannya oleh jejaring yang merasakan manfaat dari kehadirannya.

Baca Juga  SMSI dan PHRI Gagas Lintas Wisata Pesisir Banten

Dua pilar inilah yang membuat sebuah entitas keluar dari orbit kompetisi dan masuk ke orbit cosmic violet—ruang di mana gravitasi kompetisi tak lagi menariknya.

Dari Kompetisi Ke Signifikansi

Signifikansi adalah wilayah di mana sebuah entitas tidak lagi diukur oleh dominasi, melainkan kedalaman. Tidak lagi diukur oleh pangsa pasar, melainkan oleh pengaruh pada ekosistem. Tidak lagi diajukan sebagai solusi atas masalah, melainkan sebagai pengemban makna.

Di titik ini, sebuah produk—atau lembaga, atau ide—tidak lagi bertanya bagaimana mengalahkan pesaing, tetapi bagaimana memperluas jejak kebermaknaan. Tidak lagi bertanya bagaimana memenangkan perhatian, tetapi bagaimana membangun keterlekatan. Tidak lagi bertumpu pada keunggulan fungsional, tetapi pada keunikan eksistensial.

Itulah inti dari Cosmic Violet Strategy: pergeseran dari logika kompetisi menuju logika signifikansi. Dari ruang yang penuh gesekan menuju ruang yang penuh resonansi. Dari ekonomi kemenangan menuju ekonomi ketidaktergantikan.

Dan pada akhirnya, dalam lanskap yang berubah cepat dan penuh tiruan, mungkin hanya mereka yang signifikanlah yang akan bertahan—bukan karena mereka paling kuat, tetapi karena ekosistem memilih untuk mempertahankan mereka.

*Dosen Prodi Kewirausahaan Universitas BTH & Pencetus Konsep Cosmic Violet Strategy.

News Feed